Pada
kesempatan kali ini kita akan belajar dari pengalaman Pak Ukim Komarudin.
Beliau telah membuktikan bahwa pengalaman merupakan guru terbaik yang bisa
membawanya sukses sebagai penulis seperti sekarang. Berikut hal-hal yang disampaikan
beliau terkait awal proses menulisnya.
Menulis
dengan sejujur-jujurnya dan apa adanya. Menulis dengan apa adanya berarti
membuat tulisan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh penulis. Peristiwa yang
dialami bisa menjadi salah satu bahan tulisannya. Penulis bisa menyampaikan
semua curahan hatinya baik itu berupa protes, kritikan, himbauan, petunjuk atau
apapun yan disampaikan dengan apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Curhat
dalam bentuk tulisan tentu akan lebih efektif dan terbukti mampu membuahkan
karya tulis yang harapannya bisa membawa manfaat untuk diri sendiri, keluarga,
dan orang lain. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang mempunyai keinginan untuk
menulis bisa dimulai dengan menuliskan tentang apa yang dirasa. Jangan jadikan
menulis sebagai beban yang kebingungan dengan ide yang ingin dituliskannya.
Buatlah
tulisan apa saja sesuai dengan pilihanmu. Menulis sesuai dengan bidang menulis
menjadi pilihan terbaik, karena disamping dapat mengembangkan materi lebih
banyak tentunya kita akan mendapatakan kemudahan. Sebagai seorang guru, banyak
sekali alternatif jenis tulisan yang bisa dipilih, diantaranya buku pelajaran,
buku pengalaman mengajar, proposal penelitian, artikel, dan masih banyak lagi.
Jangan pernah memaksakan diri untuk membuat karya yang bukan bidang kita.
Setelah kita membuat tulisan, jangan malu untuk berbagi kepada orang-orang
sekitar kita. Hal tersebut juga dilakukan oleh Pak Okim ketika beliau
menghasilkan karya tulisan pertamanya yang berjudul “ Menghimpun yang
Berserak”. Buku tersebut merupakan
kumpulan dari pengalaman beliau dan rekan-rekan sesama guru dalam menjalankan
tugasnya. Pengalaman dalam belajar mengajar bersama siswa menjadi ide utama
penulisan buku tersebut. Beragam pengalaman menjadi kelebihan dari buku tersebut.
Rekan-rekan kerjanya memberikan tanggapan positif dan memberikan dukungan
kepadanya.
Kesuksesan
sebuah buku tidak hanya ditentukan oleh penulis saja, namun editor sebagai
pengemas bahan tulisan juga ikut menentukan. Jarang sekali pembeli atau pembaca
suatu buku ketika menentukan buku tersebut berkualitas baik atau tidak
menyebutkan editornya. Padahal sejatinya, editor memiliki andil besar dalam
proses penerbitan sebuah buku.
Pada
kesempatan ini, Pak Ukim menyampaikan tentang syarat kelayakan sebuah buku
untuk bisa diterbitkan. Beliau mencontohkan jenis buku pelajaran, yaitu:
1. Menunjukkan
penggunaan pendekatan baru
2. Lebih
lengkap dari karya karya sebelumnya
3. Memiliki
kualitas yang lebih
4. Naskah
renyah
5. Diutamakan
dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik
Dari
apa yang disampaikan beliau, bisa menjadi pegangan kita ketika ingin mencoba
menulis buku pelajaran supaya bisa diterima oleh penerbit.
Pada
pertemuan kali ini juga diperoleh nasihat yang cukup penting untuk
diperhatikan, yaitu lakukan proses menulis sesuai dengan kemampuan diri
sendiri. Jangan menjadi penulis yang serakah. Maksud tulisan tersebut adalah,
ada kalanya panulis merasa dirinya mampu melakukan semuanya sendiri sehingga
selain membuat tulisan penulis juga mengoreksi hasil tulisannya sekaligus
menjadi editor dalam proses menulisnya. Apa yang akan terjadi? Proses menulis
menjadi semakin rumit dan tidak cepat selesai bahkan bisa dikhawatirkan akan
berhenti sebelum selesai.
Belajar
dari pengalaman penulis yang telah sukses tentu akan sangat berharga bagi kita.
Kita bisa belajar dari mereka tentang langkah yang bisa dilakukan. Apa yang
sebaiknya diterapkan dan apa yang tidak bisa menjadi gambaran kita menuju
kesuksesan. Ide yang dimiliki oleh para penulis bisa kita tiru dan modifikasi
dalam membuat tulisan. Kreasikan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Di
akhir pertemuan kali ini, Pak Okim menyampaikan tentang kehebatan seorang
penulis yang tidak dimiliki profesi lain, yaitu:
1. Ekspresi
yang beragam
2. Memiliki
daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan.
3. Mempunyai
legacy atau warisan untuk meninggalkan jejak kebaikan.
Dari
kehebatan-kehebatan tersebut, maka menulislah setiap hari dan temukan
kebahagiaan. Kebahagiaan akan diperoleh ketika kita bisa membawa dan memberikan
manfaat untuk orang lain melalui tulisan.
Salam
literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar