Pada
kesempatan kali ini kita akan membahas tentang storytelling. Apa itu
storytelling? Jika kata storytelling masih asing di telinga kita, tidak dengan
kata mendongeng. Ya...kedua kata tersebut memiliki arti sama. Sebagian besar
pasti sudah pernah mendengarkan dongeng dari orang tua atau gurunya.
Mendongeng
mampu memberikan pengaruh besar bagi pendengarnya. Hal tersebut dialami oleh
seorang ibu berusia 70 tahun yang mengikuti pelatihan bersama narasumber kita, Budiman
Hakim. Beliau menyampaikan bahwa masih mengingat dongeng Si Kancil yang
dibacakan orang tuanya pada saat berusia 5 tahun. Hebat bukan?
Dari
apa yang disampaikan di atas ternyata juga dialami oleh banyak orang yang masih
ingat betul dengan cerita dongeng yang disampaikan orang tua atau gurunya. Hal
di atas yang membuat pakar-pakar marketing berpikir: “ Kalau sebuah cerita
mampu menanamkan pesan sedemikian dahsyat, kenapa cara mendongeng tidak
dijadikan saja sekalian sebagai strategi marketing? Cara menyampaikan pesan
melalui cerita memang menjadi cara yang terbaik.
Ciri-ciri
sebuah storytelling adalah :
1. Kekuatannya
ada pada cerita. Brand sering muncul di belakang.
2. Seandainya
brand muncul di awal kehadirannya menjadi bagian dari cerita tersebut sehingga
tetap tidak terlalu terasa bahwa itu merupakan sebuah iklan.
3. Kehadiran
brand sangat kuat
4. Brand
diperlakukan secara netral dan tidak sebagai hero
5. Nuansa
iklan tidak terasa
6. Kejutannya
tinggi sehingga orang mau membagi kepada orang lain.
Pemetaan
macam-macam cara orang berjualan yang sering dilakukan adalah:
1. Rough
selling, yaitu cara berjualan dengan kasar dan menyakiti hati konsumennya
2. Hard
selling, cara berjualan dengan cara berteriak-teriak
3. Soft
selling, berjualan dengan cara halus
4. Covert
selling, cara beriklan dengan cara menyembunyikan brandnya
Lalu
dari yang dibahas di atas, matery storytelling ada dimana?
Perhatikan
gambar di bawah ini!
Storytelling
ada di antara soft selling dan covert selling.
Jika
melihat gambar di atas, maka storytelling bisa dilihat pada bagian irisan
antara soft selling dan covert selling. Berikut contoh storytelling dalam
sebuah teks yang dikemas menarik:
PUYUNGHAY
SIALAN
Habis
benerin NOTE-5 di North bridge PIM saya mampir ke bakmi GM kangen sama
Puyunghay yg menurut saya memang nomer satu di dunia.
Saya
order sepiring nasi goreng dan seporsi Puyunghay.
Sambil
menunggu puyunghay tiba saya foto2 nasi goreng sepuasnya. Takut keburu dingin
saya makan nasi goreng dikit-dikit sambil nunggu puyunghay.
Sialnya
sampai nasi goreng habis Puyunghay sialan itu belum juga tiba. Lalu saya pakai
jurus pamungkas yg selalu berhasil. Saya panggil waiter lalu saya bilang
"Order Puyunghay saya batalkan, saya minta uang kembali"
Lalu
saya dengar ribut2 dari arah dapur dan sekejap kemudian Puyunghaysialan itu
terhidang.
"Bungkus"
kata saya setengah membentak. 2 menit kemudian saya keluar dari resto bakmi GM
menenteng bungkusan Puyunghay sialan itu.
Kalau
puyunghay ini rasanya sedang2 saja barangkali saya sudah kapok balik dan bakmi
GM saya masukkan ke Brand Hell.
Sayangnya
puyunghai bakmi GM memang enak tenan. Sialaaaan!
Oleh:
Subiakto Priosoedarsono
Ada
juga storytelling yang dikemas dalam bentuk image. Iklan tersebut biasanya
hanya mengandalkan gambar saja
Berikut
contohnya:
Perkembangan
teknologi seperti sekarang memungkinkan pengusaha untuk memasarkan produk atau
brand di sosial media. Maksud brand di sini adalah apa yang orang ceritakan
tentang diri kita. Jadi, apapun bisnis kalian, konsumen harus memiliki
pengalaman unik untuk diceritakan pada komunitasnya.
Terkadang
terpikir oleh kita bahwa brand yang kita usung hampir sama dengan brand miliki
kompetitor. Lalu apa yang harus kita lakukan? Ciptakan sesuatu sehingga
konsumen tetap mempunyai pengalaman yang menarik untuk diceritakan. Kalau boleh
saya menambahkan, kita bisa memberikan nilai lebih pada brand kita. Setidaknya
beri ciri khas sehingga masyarakat dapat menemukan sesuatu yang berbeda pada
milik kita.
Masih
banyak lagi pemateri hebat kita menyampaikan materi storytelling dengan cara
yang nyentrik. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena materi inti
storytelling saya peroleh dari menjelajah dari kajian ilmu yang berbeda baru
saya bisa menyerap ilmu intinya. Semoga ilmu kali ini menginspirasi saya untuk
bisa mendongeng dengan baik sehingga mampu menanamkan nilai positif bagi
pendengarnya. Sungguh luar biasa.
Salam
literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar