Guru berprestasi merupakan julukan
yang sangat luar biasa menurut saya. Dalam pikiran saya yang namanya
berprestasi berarti memiliki segudang prestasi dan banyak karya sehingga bisa
menjadi sosok idola dan teladan bagi lainnya. Oleh sebab itu butuh perjuangan
untuk bisa mendapatkan julukan tersebut, apalagi sebutan tersebut diberikan
oleh pusat (nasional). Nah...perjuangan tersebut telah dialami oleh salah satu
guru hebat dari Gunungkidul, yaitu Sigit Purnomo. Beliau telah melalui
perjuangan panjang dan berliku hingga akhirnya tahun 2015 dinobatkan menjadi
Guru SMP berprestasi tk nasional. Prestasi tersebut tidak diperoleh dengan
mudah karena sebelumnya beliau sering mengikuti ajang lomba serupa bahkan ada
yang sama namun mengalami kegagalan. Dari kegagalan yang dialami beliau
ternyata dijadikannya pengalaman yang berharga sehingga bisa dijadikan bahan
evaluasi untuk memperbaiki kedepannya.
Menjadi pemenang guru berprestasi
tingkat nasional tidak didapatkannya dengan mudah. Butuh proses panjang untuk
meraihnya. Hal tersebut yang dirasakan Pak Sigit. Beliau mempersiapkan semuanya
sejak awal menjadi guru. Beliau selalu mengarsipkan bukti keikutsertaan dalam
berbagai kegiatan. Jika melihat portofolio Pak Sigit tingkat nasional tentu
akan dibuat terpana dengan banyaknya karya dan aksi yang telah beliau lakukan.
Ternyata benar apa yang disampaikan. Butuh persiapan matang untuk mengikuti
event besar seperti itu. Adapun bentuk penilaian dalam lomba guru berprestasi
adalah :
1. Tes tertulis yang meliputi empat
kompetensi guru, yaitu pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.
2. Tes wawancara
3. Psikotes
4. Presentasi dan tanya jawab mengenai
karya tulis
Kemampuan dalam melakukan presentasi
juga menjadi poin penting dalam penilaian guru berprestasi. Guru harus mampu
mengemas bahan presentasi berdasarkan waktu yang disediakan dengan baik dan
tepat. Banyak kegagalan guru dalam lomba yang diakibatkan karena
ketidaksesuaian guru dalam menyampaikan presentasi. Jadi apa yang disampaikan
keluar jalur dari yang seharusnya disampaikan, sehingga kekurangan waktu. Bahan
presentasi atau Ppt harus dikemas dengan apik. Kemas dengan simpel dan tepat
sasaran.
Tidak hanya gupres...beliau juga
menjadi Duta Rumah Belajar. Beliau sangat layak menjadi Duta Rumah Belajar.
Tidak hanya karena prestasinya, namun juga karena keahlian beliau di bidang
Teknologi Informasi. Beliau mampu mengambil peluang dari sekian banyak
kekurangan guru guru di sekitar kita. Seperti yang telah diceritakan beliau
bahwa kriteria guru itu beragam, ada yang mahir tulis menulis namun TIK kurang.
Ada juga yang kurang manguasai menulis namun mampu TIK. Beliau melihat kondisi
di wilayah beliau pada saat itu adalah masih banyak guru yang penguasaan TI
kurang sehingga beliau mengambil keputusan untuk melanjutkan sekolah S2 dengan
memilih jurusan Teknologi Pendidikan. Berkat kuliah pada jurusan tersebut,
beliau mampu menguasai berbagai skill teknologi yang tidak bisa dikuasai oleh
setiap guru. Nilai lebih...itulah yang diperoleh beliau.
Pelajaran yang sangat berharga bagi
saya. Kita harus pandai pandai mencari peluang di sekitar kita tanpa harus
merugikan orang lain. Kondisi yanga ada jadikan pecutan bagi diri kita untuk
lebih maju dan selalu berkembang. Terdapat pesan penting dari bapak Sigit,
yaitu teruslah belajar belajar dan belajar. Belajar bisa kita lakukan dimana
saja dan kapan saja yang merupakan slogan rumah belajar. Banyak pengalaman
berharga telah dibagi Bapak Sigit terkait lomba yangs ering beliau ikuti.
Banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa diperoleh. Termasuk untuk kita
sebagai sesama guru. Untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan perjuangan. Jadi
jangan mudah menyerah atau putus asa ketika kita mengalami kegagalan. Pepatah
yang mengatakan bahwa kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda memang benar
adanya.
Terkait dengan profesi seorang guru,
kita harus terus mengambangkan kemampuan diri kita dalam bekerja dan berkarya.
Bekerja tentu terkait dengan kinerja kita bersama peserta didik. Kita bisa
terus menambah pengalaman dan pengetahuan serta mengasah kemampuan untuk bisa
menjadi guru yang kompetitif. Guru berkarya bisa diartikan sebagai guru yang
berusaha menciptakan inovasi atau karya demi kemajian pendidikan dan
pembelajarannya. Karya tersebut bisa berupa media pembelajaran yang dapat
meningkatkan kualitas mengajarnya. Selain itu bisa berupa karya tulis hasil
penelitian atau pengalamannya dalam mengajar. Dalam menjalankan perannya
sebagai guru tentu sering mengalami masalah. Masalah tersebut tentu harus dipecahkan
supaya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selain itu, kita bisa mencoba untuk
menulis. Menulis bisa diwujudkan dalam bentuk buku atau artikel yang dimasukkan
dalam blog, majalah, dan surat kabar. Teruslah bergerak dan berusaha menguasai
ilmu pada jamannya. Kita menjadi guru pada jaman era digital seperti sekarang.
Berarti kita harus berusaha menguasai bidang ilmu digital seperti sekarang.
Kita harus mampu menyiapkan peserta didik kita menghadapi jaman mereka yang
tentunya akan lebih canggih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar